ang diluar UGM bergabung menjadi satu dalam wadah HPPSI (Himpunan
Penggemar Pencak Silat Indonesia) yang diketuai oleh IR Dalmono.Tahun
1955 ia resmi pindah dinas ke kota Surabaya. Di sanalah ia dengan
dibantu oleh Imam Ramelan mendirikan kursus silat Perisai Diri pada
tanggal 2 Juli 1955.
Para muridnya di Yogyakarta kemudian menyesuaikan diri menamakan
himpunan mereka sebagai silat Peerisai Diri. Disisi lain murid-murid
perguruan silat Eka Kalbu yang pernah didirikan oleh pak Dirdjo masih
berhubungan dengannya. Mereka tersebar di kawasan Banyumas, Purworejo
dan Yogyakarta. Hanya saja perguruan ini kemudian memang tidak
berkembang namun melebur dengan sendirinya ke Perisai Diri, sama seperti
HPPSI di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini
menjadi mudah. Murid-murid pak Dirdjo sebelum nama Perisai Diri muncul
hingga kini banyak yang masih hidup. Usia mereka berkisar antara 65
tahun hingga 70 tahun lebih dan masih bisa dijumpai di Kawasan
Yogyakarta dan sekitarnya.
Pengalaman yang diperoleh selama pengembaraanya dan ilmu silat Siauw
Liem Sie yang dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik
yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa
ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat
dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto "Pandai silat tanpa cedera",
Perisai Diri di terima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari
sebagai ilmu beladiri.
Pada tahun 1969 Dr Suparjono SH MSi (yang saat ini menjabat sebagai
ketua dewan pendekar) menjadi staf Bidang Musyawarah PB PON VII di
Surabaya. Dengan inspirasi dari AD?ART organisasi-organisasi di KONI
Pusat yang sudah ada, Suparjono bersama Bambang Mujiono Probokusumo,
Totok Sumartono, Mondo Satrio dan anggota Dewan Pendekar lainnya pada
tahun 1970 menyusun AD/ART Perisai Diri dan nama lengkap organisasi
Perisai Diri disetujui menjadi Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI
DIRI yang disingkat Kelatnas Indonesia PERISAI DIRI. Dimusyawarahkan
juga mengenai pakaian seragam silat Perisai Diri yang baku, yang tadinya
berwarna hitam dirubah menjadi putih dengan atribut tingkatan yang
berubah beberapa kali hingga terakhir seperti yang dipakai saat ini.
Lambang Perisai Diri juga dibuat dari hasil usulan Suparjono, Both
Sudargo dan Bambang Priyokuncoro yang kemudian disempurnakan dan
dilengkapi oleh pak Dirdjo.
Tanggal 9 Mei 1983 RM Soebandiman Dirdjoatmodjo meninggal dunia.
Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri
beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh
pelosok tanah air dan beberapa negara di Eropa, Amerika dan Australia.
Dengan di bawah koordinasi Ir Nanang Soemindarto sebagai ketua umum
Perisai Diri pusat, saat ini Kelatnas Indonesia PERISAI DIRI memiliki
cabang hampir di setiap provinsi di Indonesia serta memiliki komisariat
di 10 negara lain. Untuk mengahargai jasanya pada tahun 1986 pemerintah
Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama bagi RM
Soebandiman Dirdjoatmodjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar