Kamis, 24 Januari 2013

sejarah perguruan PERISAI DIRI

ang diluar UGM bergabung menjadi satu dalam wadah HPPSI (Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia) yang diketuai oleh IR Dalmono.Tahun 1955 ia resmi pindah dinas ke kota Surabaya. Di sanalah ia dengan dibantu oleh Imam Ramelan mendirikan kursus silat Perisai Diri pada tanggal 2 Juli 1955.

Para muridnya di Yogyakarta kemudian menyesuaikan diri menamakan himpunan mereka sebagai silat Peerisai Diri. Disisi lain murid-murid perguruan silat Eka Kalbu yang pernah didirikan oleh pak Dirdjo masih berhubungan dengannya. Mereka tersebar di kawasan Banyumas, Purworejo dan Yogyakarta. Hanya saja perguruan ini kemudian memang tidak berkembang namun melebur dengan sendirinya ke Perisai Diri, sama seperti HPPSI di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini menjadi mudah. Murid-murid pak Dirdjo sebelum nama Perisai Diri muncul hingga kini banyak yang masih hidup. Usia mereka berkisar antara 65 tahun hingga 70 tahun lebih dan masih bisa dijumpai di Kawasan Yogyakarta dan sekitarnya.

Pengalaman yang diperoleh selama pengembaraanya dan ilmu silat Siauw Liem Sie yang dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto "Pandai silat tanpa cedera", Perisai Diri di terima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu beladiri.

Pada tahun 1969 Dr Suparjono SH MSi (yang saat ini menjabat sebagai ketua dewan pendekar) menjadi staf Bidang Musyawarah PB PON VII di Surabaya. Dengan inspirasi dari AD?ART organisasi-organisasi di KONI Pusat yang sudah ada, Suparjono bersama Bambang Mujiono Probokusumo, Totok Sumartono, Mondo Satrio dan anggota Dewan Pendekar lainnya pada tahun 1970 menyusun AD/ART Perisai Diri dan nama lengkap organisasi Perisai Diri disetujui menjadi Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI yang disingkat Kelatnas Indonesia PERISAI DIRI. Dimusyawarahkan juga mengenai pakaian seragam silat Perisai Diri yang baku, yang tadinya berwarna hitam dirubah menjadi putih dengan atribut tingkatan yang berubah beberapa kali hingga terakhir seperti yang dipakai saat ini. Lambang Perisai Diri juga dibuat dari hasil usulan Suparjono, Both Sudargo dan Bambang Priyokuncoro yang kemudian disempurnakan dan dilengkapi oleh pak Dirdjo.

Tanggal 9 Mei 1983 RM Soebandiman Dirdjoatmodjo meninggal dunia. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di Eropa, Amerika dan Australia. Dengan di bawah koordinasi Ir Nanang Soemindarto sebagai ketua umum Perisai Diri pusat, saat ini Kelatnas Indonesia PERISAI DIRI memiliki cabang hampir di setiap provinsi di Indonesia serta memiliki komisariat di 10 negara lain. Untuk mengahargai jasanya pada tahun 1986 pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama bagi RM Soebandiman Dirdjoatmodjo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar